KONTROVERSI SEPUTAR PUPUK & PEMUPUKAN TANAMAN
(Sarana Produksi)
Fungsi dan manfaat
pupuk telah diketahui orang. Tak sedikit yang hapal fungsi masing-masing unsur
hara penyusun pupuk. Nitrogen (N) bermanfaat untuk daun, phospor (P) untuk
pembungaan, dan kalium (K) untuk buah. Banyak buku, majalah, dan brosur
pertanian yang menjelaskan hal tersebut. Namun demikian jarang yang menjelaskan
perihal mekanisme dan proses penyerapan pupuk oleh tanaman. Hal yang terakhir ini
akhirnya menimbulkan beberapa kontroversi dalam hal pemupukan. Disisi lain,
kontroversi seputar pemupukan justru dimanfaatkan oleh beberapa produsen pupuk
untuk menambah nilai jual dan sebagai alat persaingan dagang. Berikut diskusi
seputar kontroversi pupuk dan pemupukan, dengan batasan hanya untuk tanaman hias di pekarangan dan
dalam pot. Dari diskusi ini diharapkan kita jangan mudah termakan mitos dan gugon
tuhon di seputar pupuk, dan mau membayar lebih untuk sesuatu yang tidak perlu.
Pupuk
Organik dan Pupuk Anorganik (Pupuk Kimia)
Kelebihan pupuk
organik dibanding pupuk kimia mungkin telah banyak diungkapkan dalam banyak
tulisan. Pupuk organik lebih mudah diserap tanaman, lebih ramah lingkungan,
pupuk organik tidak membahayakan kesehatan, dan lain sebagainya. Mengapa dan
benarkah demikian ?
Faktanya, tanaman
tidak dapat membedakan dan tidak bisa memilih unsur hara yang diserap berasal
dari pupuk organik atau pupuk kimia. Tanaman menyerap unsur hara (N, P, K, dan
sebagainya) melalui mekanisme pertukaran ion, dan dalam bentuk ion-ion
anorganik. Agar dapat diserap tanaman, pupuk organik harus melalui serangkaian
proses perombakan oleh mikroba dalam tanah menjadi ion-ion anorganik/kimia.
Jadi yang diserap tanaman pada akhirnya tetap saja berupa ion-ion anorganik /
kimia.
Konsentrasi
kandungan unsur hara pupuk organik jauh di bawah kandungan pupuk kimia. Sekian
ton pupuk organik berbanding sekian puluh gram pupuk kimia, untuk ukuran
kandungan hara yang sama. Kelebihan sifat pupuk organik ini (meski lebih tepat
bila dikatakan kekurangan), diisukan sebagai ramah lingkungan. Pernyataan
tersebut baru benar bila penggunaan pupuk kimia tidak sesuai dosis dan berlebihan.
Sesuatu yang wajar kiranya, apapun yang berlebihan tentu tidak baik untuk hal
apapun.
Lalu adakah
kelebihan pupuk organik dibanding pupuk kimia ? Pupuk organik mempunyai
keunggulan dalam hal memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, sesuatu yang
tidak dapat dicapai pupuk kimia. Namun dengan catatan, hanya pada pupuk organik
yang masih bersifat padat, berupa kompos atau pupuk kandang asli. Pupuk organik
dalam bentuk cair, ekstrak, pupuk daun, dan pelet, tidak akan mempunyai
kemampuan memperbaiki struktur tanah. Tapi bagaimana dengan tanaman dalam pot ?
Di tengah trend pemakaian media yang bersifat soilless, tentunya kelebihan
sifat tersebut di atas menjadi tidak berarti lagi. Mengapa dipilih soilless
media ? Mungkin akan kita diskusikan lain kali.
Kapan sebaiknya
menggunakan pupuk organik atau pupuk kimia ? Sepanjang kita bermaksud memberi
nutrisi ke tanaman, pakailah pupuk kimia. Mengapa demikian ? Disamping jauh
lebih murah, lebih cepat diserap tanaman, juga lebih terkontrol. Di belahan
dunia manapun, yang namanya pupuk urea pasti akan sama, mengandung nitogen
(dalam bentuk amonium) sebesar 46 %. Sementara untuk pupuk organik, tergantung
bahannya dari apa, jenis ternak dan apa yang dimakan ternak penghasil pupuk
kandang, dan lain-lain. Lebih sulit diprediksi. Namun bila tujuan utama adalah
memperbaiki struktur tanah, pakailah kompos, atau pupuk kandang asli. Jangan
terpengaruh dengan iklan pupuk organik dalam bentuk cair, pupuk daun, atau
pupuk kandang pelet. Pupuk-pupuk ini setali tiga uang dengan pupuk kimia, namun
jauh lebih mahal. Lebih banyak isunya.
Bila di pasar
dijumpai pupuk organik dengan kandungan unsur N,P, dan K masing-masing lebih
dari 4 %, yakinlah bahwa pupuk tersebut telah diperkaya dengan pupuk kimia.
Pupuk
Daun dan Pupuk Akar
Benarkah pupuk daun
lebih efektif dan efisien dibanding pupuk akar ? Benarkah penyerapan pupuk
melalui daun 10 kali lebih efektip dan efisien dibanding melaui akar ? Benarkah
pemberian pupuk melalui daun berarti memberikan hara langsung ke dapur tanaman
? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas digunakan sebagai salah satu alat
dagang dan alat penambah nilai jual pupuk daun. Kenyataanya, belum ada
penelitian yang independen dan valid yang dapat menjawab seputar pertanyaan
tersebut di atas.
Fakta selama ini
yang dapat diterima, selain unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, unsur hara
seperti N, P, K dan lainnya diperoleh dan diserap tanaman dari dalam tanah
melalui akar. Dari sononya akar secara khusus memang dirancang untuk menyerap
unsur hara, melalui pertukaran ion.
Bagaimana dengan
daun ? Pada awal pemunculan pupuk daun, dikatakan penyerapan unsur hara
dilakukan melalui stomata daun. Tapi hal ini kemudian diralat, karena ternyata
stomata hanya bisa dilalui gas. Kemudian berkembang isu lain, penyerapan
dilakukan melalui permukaan daun (sel epidermis dan kultikula), yang bentuknya
seperti tenunan. Faktanya, kebanyakan permukaan daun tanaman diselimuti oleh
lapisan minyak, lilin, dan bahkan ditumbuhi bulu-bulu halus. Keadaan yang
tentunya akan menjadi faktor penghambat masuknya unsur hara melalui daun.
Memang daun, atau
bahkan batang tanaman dapat menyerap unsur hara, namun demikian akar tetap saja
lebih efektip dan efisien dalam menyerap unsur hara. Dalam beberapa kasus,
memang unsur hara seperti K, dan Ca gampang masuk ke jaringan tanaman malalui
daun dan bahkan batang tanaman. Tapi bukan berarti semua unsur hara lebih
gampang diserap tanaman melalui bagian tanaman di luar akar.
Kapan pupuk daun
dapat digunakan ? Bila penggunaan pupuk akar sulit diaplikasikan, misal pada
tanaman epifit, seperti kebanyakan tanaman anggrek. Hal ini menjawab pertanyaan
mengapa pupuk daun sangat populer dan banyak digunakan di kalangan pecinta
anggrek. Tanaman yang baru saja mengalami pruning akar, pemindahan pot, atau
kondisi-kondisi dimana untuk sementara waktu akar sulit berlaku sebagaimana
mestinya, pupuk daun akan sangat membantu dan bermanfaat.
Fakta lain,
pertanian hidroponik lebih dipilih orang tentunya bukan hanya karena alasan
menghemat tempat, tapi juga keyakinan pemberian nutrisi tanaman yang lebih
terkontrol, efektip, dan efisien melalui akar. Atau mungkin ada ide sistem
tanam dalam pot kecil-kecil tetapi hanya diberikan pupuk melalui daun. Dijamin
kerugian yang akan dituai.
Pupuk
Slow Release
Jenis pupuk ini
juga merupakan ide dagang yang cemerlang dari produsen pupuk. Dikatakan pupuk
slow release merupakan pupuk kimia yang sifatnya mirip dengan pupuk organik.
Diserap tanaman sesuai dengan kebutuhan, hingga tidak mencemari lingkungan.
Hebat. Sekali lagi hebat. Benarkah demikian ?
Faktanya, tanaman
tidak bisa merasakan kenyang kemudian berhenti makan. Sepanjang banyak tersedia
unsur hara, sepanjang itu pula tanaman akan menyerap sebanyak yang tersedia.
Fakta ini kemudian melahirkan istilah luxury consumption. Sepanjang tidak mengganggu
kestabilan kimia larutan tanah, tanaman akan menyerap unsur hara yang
disediakan tanah. Hasilnya dijadikan cadangan makanan dan untuk memperbanyak
diri.
Pupuk slow release
dibuat dari pupuk kimia yang dibalut dengan lapisan tertentu yang bersifat
permeable. Adanya lapisan tersebut membuat kandungan kimia dilepaskan sedikit
demi sedikit sesuai berjalannya waktu. Kalau memang benar pelepasan unsur kimia
tersebut sesuai kebutuhan tanaman, tentu dalam label kemasan tidak dicantumkan
angka jangka waktu penggunaan 3 bulan atau 6 bulan. Angka-angka tersebut
sebenarnya merupakan waktu luruh pupuk. Angka yang menggambarkan jangka waktu
pelepasan kandungan pupuk hingga habis kandungan pupuknya.
Kapan kita perlu
menggunakan pupuk slow release ? Jika kita termasuk pecinta tanaman yang malas.
Malas menyiram, dan malas bereksperimen. Bukankah salah satu kenikmatan
bercocok tanam adalah manakala kita menyirami tanaman kesayangan kita. Atau
mungkin kita termasuk orang yang lebih cocok bertanam tanaman plastik.